Jarak pagar(Jatropha curcas), sesuai namanya, jarak pagar memang banyak ditanam sebagai pembatas halaman rumah alias pagar. Setelah ditanam, jarak pagar terkesan sebagai tanaman liar yang tak pernah dirawat oleh yang menanamnya. Buahnya berdompol-dompol berwarna hijau. Getah pohon jarak pagar tidak akan dilupakan oleh anak-anak di sebagian perkampungan di Jawa Tengah, sebagai bahan bermain yang sangat menarik.
Dengan memetik tangkai daunnya maka dari batang bekas tangkai tersebut akan mengalir getah agak kental dan berwarna bening. Getah tersebut oleh anak-anak ditampung pada wadah kecil lalu ditambah sedikit air. Permainan dimulai dengan kolongan kecil dari ujung lidi kelapa atau sejenisnya yang dicelupkan ke dalam cairan getah tersebut. Getah yang menempel pada kolongan tersebut ditiup, maka terbanglah bola-bola bening dari getah tersebut. Semakin sering ditiup, maka semakin banyak bola-bola getah betertangan ke udara.
Jarak pagar tidak bisa dilepaskan dari kehidupan petani di sebagian wilayah Jawa Tengah. Seorang petani memakai caping dari bambu menuju sawahnya ketika hujan sedang melanda, dengan beberapa tangka daun jarak menempel di capingnya. Dengan daun jarak di atas kepalanya, petani itu yakin petir tidak akan menyembar dirinya. Itu keyakinan sebagian dari mereka. Benar dan tidaknya belum ada pembuktian. Yang jelas, daun jarak bahasa Jawanya adalah blêdèg. Petir dalam bahasa Jawa juga blêdèg. Mungkin mereka beranggapan bahwa sesama blêdèg tidak akan saling menyerang.
Terlepas dari itu semua jarak pagar mempunyai menfaat yang banyak dalam upaya kesehatan manusia. Biji jarak misalnya, walaupun mengandung racun yang cukup kuat, namun dapat dimanfaatkan dengan aman sebagai obat luar. Secara tradisional jarak pagar biasa digunakan untuk mengatasi beerbagai penyakit luar.
Ragam penyakit yang dapat ditaklukkan oleh biji tanaman asal Amerika Selatan ini cukup beragam, antara lain menyembuhkan gatal-gatal, koreng, jamur pada kaki, dan luka berdarah. Selain itu tanaman ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak akibat terpukul, terkilir, dan rematik. Daun jarak pagar juga bisa digunakan untuk mengatasi perut kembung pada anak. Dengan penggunaan yang hati-hati, daun jarak pagar bahkan dapat digunakan sebagai obat pencahar ringan.
Minyak yang terbuat dari biji jarak, digunakan untuk mengatasi gangguan pada kulit, bengkak, maupun terkilir. Minyak biji jarak pagar sebaiknya memang tidak digunakan secara oral (melalui mulut) karena mengandung racun yang membahayakan jika dikonsumsi.
Untuk mengatasi luka, dibutuhkan dua sendok teh minyak biji jarak pagar, ¼ sendok teh belerang, sejari tangan kayu secang, dan dua sendok makan vaselin. Panaskan seluruh bahan sampai meleleh, dan aduk hingga merata. Pisahkan serutan kayu secang dan dinginkan sebelum dioleskan pada bagian yang luka.
Selain minyaknya, getah jarak pagar pun berkhasiat menghentikan perdarahan akibat luka. Getah jarak pagar bersifat antimikroba sehingga dapat mengusir bakteri seperti jenis Staphylococcus, Streptococcus, dan Escherichia coli.
Bagian lain dari jarak pagar juga dapat dimanfaatkan adalah daunnya, yaitu untuk mengatasi bengkak dan terkilir. Caranya, lumat daun jarak pagar sampai halus seperti bubur, kemudian balurkan pada bagian tubuh yang terkilir, bengkak, maupun luka.
Daun jarak pagar juga bisa mengurangi derita rematik. Untuk itu, dibutuhkan 10 lembar daun jarak segar yang telah dicuci bersih dan ditumbuk halus dengan air secukupnya. Lumuri bagian tubuh yang terkena rematik dengan bubur daun jarak dua kali sehari.
Masalah gatal di bagian kaki dapat juga diatasi dengan daun jarak pagar tapi perlakuannya sedikit berbeda. Sebelum ditempelkan pada bagian kaki yang gatal, daun jarak dilayukan terlebih dahulu di atas api kecil dan dilumatkan hingga hancur. Selanjutnya, balurkan lumatan daun jarak pagar itu pada bagian kaki yang gatal.
Tanaman jarak pagar mengandung senyawa yang daya racunnya cukup tinggi. Pada bagian biji, terkandung senyawa kursin dan toksalbumin, sedangkan di bagian daun ditemukan senyawa kaemfesterol, sitosterol, stigmasterol, amirin, dan tarakserol.
Dalam waktu singkat, gejala keracunan jarak pagar akan mulai terlihat pada orang yang mengonsumsinya. Tandanya, rasa mual, muntah, diare, sesak napas, pusing, dan berkeringat dingin.
Meskipun sudah diambil minyak, ampas biji jarak tidak bisa dipakai langsung untuk pakan ternak karena masih mengandung racun. Sebaliknya, ampas biji jarak akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk membasmi nematoda tanah karena masih mengandung sifat-sifat pestisida (racun hama).
Ampas biji jarak juga mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan kalium yang cukup baik digunakan sebagai pupuk organik.
Pemanfaatan jarak pagar dengan dimakan sebaiknya dilakukan secara hati-hati. Untuk mengatasi sembelit, daun jarak pagar dapat berfungsi sebagai pencahar ringan.
Caranya, kukus empat helai daun jarak pagar dan konsumsi rebusan daun jarak selama tujuh hari berturut-turut atau hingga sembelit berkurang. Namun, bagi penderita gangguan empedu, sebaiknya tidak menerapkan cara ini karena malah dapat menyebabkan mual dan sakit di bagian perut (mulas).
Bila sampai terjadi keracunan jarak pagar, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah merangsang penderita segera memuntahkan isi lambung.
Selain itu, masyarakat yang telah berpengalaman menghadapi situasi ini biasanya meminumkan air masak bercampur garam sebanyak-banyaknya pada penderita untuk menetralkan racun di lambung. Beberapa bahan alami juga dapat dimanfaatkan sebagai penawar racun jarak pagar, seperti madu, gula aren, air asam, dan kelapa muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar